Semakin hari, mungkin semakin banyak orang berpikiran, “Buat apa ada TONTI (padskib)?“. Buat apa membimbing dan mendidik orang sebanyak itu? Toh yang akan di dapet Cuma omelan dan bentakan dari senior.
Mengajarkan ‘sulitnya hidup’ memang perlu, namun dalam Pleton Inti, yang dibutuhkan bukan hanya skill baris-berbarisnya. Banyak sekali poin yang di nilai sehingga kita bisa menjadi pribadi yang terpilih. Salah satunya adalah rasa kesetiakawanan.
Di TONTI Santo Paulus, mereka diajarkan betapa ‘teman’ itu sangatlah penting. Belajar bahwa di sini, di tonti ini, mereka tidak sendirian. Mereka selalu sadar dan disadarkan bahwa teman yang ada di depan mereka, yang duduk di samping mereka, yang menduduki kaki mereka ketika sit up, maupun push up adalah kawan, dan lawan. Mereka diajarkan “dimana aku harus menempatkan diri, kapan aku menempatkan mereka sebagai teman, dan kapan lawan“.
Mereka diajarkan bagaimana memimpin diri sendiri, memimpin teman, mengendalikan emosi, dan itu semua hanya bisa dilakukan ketika seseorang berada dalam suatu komunitas yang ‘jelas’ dan memiliki banyak teman.
Apa jadinya jika kita mendengarkan bisikan-bisikan semisal, “tiadakan saja tonti, buang-buang waktu“? Ya, tentunya yang terlahir adalah generasi egois nan menjengkelkan, karena yang mereka pikirkan hanyalah dirinya sendiri.
Temanlah, yang memberikan handuk ketika berkeringat, menyemangati ketika terjatuh, mengusap kepala ketika menangis putus asa, menyanyikan tembang ceria ketika murung. Di TONTI, semua itu ada dan terbukti dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang terpilih.
Di TONTI pula, yang mengajarkan bagaimana menilai orang dan ‘berhati-hati’ terhadap perubahan sikap lawan bicara. Mungkin dalam pertemananpun hal ini bisa terjadi. Namun dalam hal ini, kita di tuntut untuk lebih peka dan dapat berpikir dengan cepat. Di TONTI ini, hal itu secara sadar ataupun tidak, terjadi.
Dan kesemua itu tidak ada hubungannya dengan perkembangan zaman sama sekali. Di setiap zaman teman itu ada, derita itu ada, kepemimpinan diperlukan, memahami diperlukan, lantas apa yang membuat kita berpikiran, “Sudahi saja?“. Tidak! TONTI dibutuhkan, demi sekolah kita, terlebih lagi untuk Indonesia.
Jadi, apa yang membuat kita ragu terhadap organisasi kita, TONTI SANTO PAULUS. Yakinkan hatimu dan LAKUKANLAH!
Paulinus Sukadarma (Alumni/Angkatan 9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar